- Teori Himpunan
Materi
Mata Kuliah Matematika Diskrit
1.1 Definisi
Himpunan (set)
merupakan kumpulan dari objek-objek tertentu yang tercakup dalam satu kesatuan
dengan definisi (syarat) tertentu dan jelas Syarat tertentu dan jelas dalam
menentukan anggota suatu himpunan ini sangat penting karena untuk membedakan
mana yang menjadi anggota himpunan dan mana yang bukan merupakan anggota
himpunan. Inilah yang kemudian dinamakan himpunan yang terdefinisi dengan baik
(well-defined set).. Adapun
objek objek yang ada dalam himpunan tersebut dinamakan unsur atau anggota
himpunan. Objek yang dimaksud dapat berupa bilangan, manusia, hewan, tumbuhan,
negara dan sebagainya. Untuk
menyatakan suatu himpunan, digunakan huruf kapital seperti A, B, C dan sebagainya. Sedangkan untuk menyatakan
anggota-anggotanya digunakan huruf kecil seperti a, b, c, dan seterusnya.
Sebuah
objek dalam suatu himpunan disebut sebagai elemen atau anggota himpunan. Dan
suatu himpunan harus memiliki elemen atau anggota himpunan.
Keanggotaan himpunan
dinyatakan dengan notasi ’∈’.
Contoh:
Z = {a, b, c}
a ∈ Z : a merupakan
anggota himpunan Z.
k ∉
Z : k bukan merupakan anggota himpunan Z.
1.2 Keanggotaan Himpunan
1.2.1
Penyataan anggota himpunan
Ada 4
cara untuk menyatakan himpunan, yaitu :
- Mencacah anggotanya (enumerasi).
Himpunan
dinyatakan dengan mendaftarkan semua anggotanya dengan
diletakkan didalam sepasang tanda kurung kurawal, dan diantara setiap
anggotanya dipisahkan dengan tanda koma.
Contoh: Himpunan huruf vokal:
B = {a, i, u, e, o}.
Himpunan
tidak harus menyebutkan anggotanya secara berurutan. Ketika uutan itu dianggap
penting, maka struktur yang berbeda akan diperlukan untuk menyatakan urutannya.
Inilah yang disebut sebagai ordered
n-tupples. Dalam struktur ini jika tertulis (a,b,c,…) maka a akan menjadi
elemen pertama, b elemen ke dua, c elemen ketiga dan seterusnya.
- Menggunakan simbol standar (baku)
Himpunan
dapat dinyatakan dalam simbol standar (baku) yang telah diketahui dan disepakati secara umum oleh masyarakat (ilmiah).
Contoh:
N = himpunan bilangan alami (natural)
Z = himpunan bilangan bulat
Q = himpunan bilangan rasional
R = himpunan bilangan riil
C = himpunan bilangan kompleks
Namun penulisan dengan cara ini menimbulkan ambigu
pada kasus kasus tertentu misalkan dalam kasus: R =
{ 2,3,5,7,…,19}. Penulisan himpunan seperti ini bukan merupakan well-defined
karena memunculkan ambigu, yaitu R dapat diartikan sebagai himpunan
bilangan ganjil yang lebih besar dari 1 dan kurang dari 20. Sementara itu R dapat
diartikan pula sebagai himpunan bilangan prima yang kurang dari 20. Oleh karena
itu pendefinisian himpunan dengan menyatakan pola seperti ini harus sangat
hati-hati agar tidak menimbulkan tafsiran lain.
- Menuliskan kriteria syarat keanggotaan himpunan
Suatu
himpunan dapat dinyatakan dengan cara menuliskan kriteria (syarat/ciri ciri umum) keanggotaan himpunan
tersebut. Himpunan ini dinotasikan sebagai berikut :
{ x ⎥ syarat yang harus
dipenuhi oleh x }
Contoh:
(i) A = {x|x adalah himpunan bilangan bulat}
(ii) M = { x | x adalah mahasiswa yang mengambil
kuliah matematika diskrit}
Atau bisa juga dituliskan
M = { x adalah mahasiswa | ia mengambil
kuliah matematika diskrit}
- Menggunakan Diagram Venn
Suatu
himpunan dapat dinyatakan
dengan cara menuliskan anggotanya dalam suatu gambar (diagram) yang
dinamakan diagram venn. Diagram
Venn menyajikan himpunan secara grafis
dengan tiap-tiap himpunan digambarkan sebagai lingkaran dan memiliki himpunan
semesta (U) yg digambarkan dng segi empat.
Misalkan U = {1, 2, …,
7, 8}, A = {1, 2, 3, 5} dan B = {2, 5, 6, 8}.
Diagram Venn:
1.2.2
Kardinalitas dan Macam macam Himpunan
Jumlah unsur dalam suatu himpunan dinamakan kardinalitas dari himpunan tersebut. Untuk
menyatakan kardinalitas himpunan A ditulis dengan notasi: n(A) atau |A|. Contoh :
(i) B = { x | x merupakan bilangan prima yang
lebih kecil dari 10 },atau B = {2, 3, 5, 7 } maka |B| = 4
(ii) A = {a,
{a}, {{a}} }, maka |A|
= 3
Jika
ada sejumlah n elemen dalam himpunan S dimana n adalah nonnegative integer maka
dikatakan bahwa S adalah himpunan terhingga dan n adalah kardinalitas dari S,
dinotasikan dengan |S|
Himpunan kuasa (power
set) dari himpunan A merupakan suatu
himpunan yang unsur-unsurnya merupakan semua himpunan bagian dari A, termasuk himpunan kosong dan himpunan A
sendiri. Himpunan kuasa dinotasikan oleh
P(A). Jumlah anggota (kardinal) dari suatu himpunan kuasa bergantung
pada kardinal himpunan asal. Misalkan, kardinalitas himpunan A adalah m, maka |P(A)|
= 2m.
Contoh: Jika
A = { x, y }, maka P(A) = { ∅,
{ x }, { y }, { x, y }}
Himpunan kuasa dari
himpunan kosong adalah P(∅) = {∅}, sementara itu
himpunan kuasa dari himpunan {∅}
adalah P({∅})
= {∅, {∅}}.
Jika
S adalah suatu himpunan, maka yang disebut dengan power set adalah semua subset
dari himpunan S. Power set dinotasikan sebagai P (S).
Berdasarkan
anggota anggotanya, maka himpunan digolongkan sebagai berikut :
- Himpunan Kosong
Jika
suatu himpunan tidak mempunyai anggota, dengan kata lain dengan kardinalitas himpunan
tersebut sama dengan nol maka himpunan tersebut dinamakan himpunan kosong (null
set). Notasinya: ∅
atau {}
Akan
tetapi jika dijumpai B = {{ }} atau dapat juga ditulis sebagai B = {∅} maka B tidak disebut
sebagai himpunan kosong karena ia memuat satu unsur yaitu himpunan kosong.
- Himpunan Semesta
Himpunan
semesta adalah himpunan yang anggotanya semua objek pembicaraan. Himpunan
semesta dilambangkan dengan S atau U.
Contoh:
Jika
U = {1, 2, 3, 4, 5} sebagai semesta pembicaraan dan A = {1, 3, 5} maka
dikatakan bahwa A merupakan himpunan
bagian dari U.
- Himpunan Bagian
Himpunan A dikatakan
himpunan bagian (subset) dari himpunan B jika dan hanya jika setiap unsur A
merupakan unsur dari B. Dalam hal ini, B dikatakan superset dari A.
Notasi himpunan
bagian : A ⊆
B atau
A ⊂
B
Jika digambarkan dalam
bentuk diagram Venn himpunan bagian tersebut menjadi :
Sebagai
sebuah himpunan bagian, maka untuk setiap
himpunan A berlaku hal-hal
sebagai berikut:
(a) A adalah himpunan
bagian dari A itu sendiri (yaitu, A ⊆
A).
(b) Himpunan kosong
merupakan himpunan bagian dari A ( ∅
⊆
A).
(c) Jika A ⊆
B dan B ⊆
C, maka A ⊆ C
∅ ⊆
A dan A ⊆
A, maka ∅ dan A disebut himpunan
bagian tak sebenarnya (improper subset) dari himpunan A. Pernyataan
A ⊆ B berbeda dengan A ⊂
B karena notasi A ⊂ B berarti A adalah
himpunan bagian dari B tetapi A ≠ B sedangkan pernyataan A ⊆ B digunakan untuk menyatakan bahwa A adalah himpunan
bagian (subset) dari B yang memungkinkan A = B. Yang demikian dikatakan bahwa
A merupakan himpunan bagian sebenarnya (proper subset)
dari B.
Himpunan A disebut sebagai subset dari himpunan B
jika dan hanya jika setiap elemen dari A juga merupakan elemen dari B. Kita
menggunakan notasi A⊆B untuk menunjukkan
bahwa A adalah subset dari B.
- Himpunan Ekivalen
Dua buah himpunan
dikatakan sama jika memenuhi kondisi berikut :
A
= B
jika dan hanya jika setiap
unsur A merupakan unsur B dan sebaliknya setiap unsur B merupakan
unsur A.
Untuk tiga buah
himpunan, A, B, dan C berlaku aksioma
berikut:
(a) A = A, B = B, dan C = C
(b) Jika A = B, maka B
= A
(c) Jika A = B dan B =
C, maka A = C
Dua
buah himpunan dikatakan ekivalen jika masing-masing mempunyai kardinalitas yang
sama. Misalkan, himpunan
A adalah ekivalen
dengan himpunan B berarti kardinal
dari himpunan A dan himpunan B adalah sama, notasi yang digunakan adalah : A ~
B
Contoh:
Misalkan A = { 2, 3, 5,
7 } dan B = { a, b, c, d }, maka A ~ B sebab |A|=|B|= 4
Dua himpunan dikatakan ekivalen jika dan hanya jika
memiliki anggota himpunan yang sama.
- Himpunan Disjoint
Dua
himpunan A dan B dikatakan saling lepas (disjoint) jika keduanya tidak memiliki
unsur yang sama. Notasi yang digunakan adalah
A // B .
Misalnya A = {x /x =
bilangan bulat positif}
B = {x /x = bilangan bulat
negatif}
Maka A dan B merupakan
dua himpunan yang saling lepas.
Jika
dinyatakan dalam bentuk diagram Venn adalah sebagai berikut :
Dua himpunan dikatakan
saling lepas (disjoint) bila irisannya adalah himpunan kosong.
- Himpunan berhingga dan himpunan tak berhingga (infinit).
Himpunan dikatakan
berhingga jika ia mempunyai anggota-anggota yang banyaknya berhingga. Sedangkan
himpunan dikatakan tak berhingga jika himpunan tersebut mempunyai
anggota-anggota yang banyaknya tak berhingga. Contoh :
H =
{x / x = himpunan bilangan-bilangan bulat positif } = {1, 2, 3,
……}.
Maka H
disebut
himpunan tak berhingga.
K =
{ x,
y,
z}. Maka K disebut
himpunan berhingga.
Himpunan yang tidak
berhingga disebut himpunan infinit
1.3 Operasi Himpunan
- Irisan (intersection)
Irisan dari dua
himpunan A dan B adalah himpunan yang terdiri dari semua elemen persekutuan
dari himpunan A dan B. Irisan
antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda ‘∩ ‘.
Misalkan
A dan B adalah himpunan yang tidak saling lepas, maka
A ∩ B = { x | x ∈
A dan x ∈
B }
Jika dinyatakan dalam
bentuk diagram Venn adalah
sebagai berikut :
Jika A dan B adalah himpunan
maka irisan A dan B dinotasikan dengan AnB adalah himpunan yang berisi semua
elemen yang ada pada keduanya.
Irisan dari sekumpulan
himpunan adalah himpunan yang terdiri dari semua elemen yang merupakan anggota
dari semua himpunan yang ada dalam kumpulan tersebut.
- Gabungan (union)
Gabungan dari dua himpunan A dan B adalah himpunan
yang terdiri dari semua elemen yang menjadi anggota A atau menjadi anggota B.
Gabungan antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda ‘∪‘.
Misalkan A dan B adalah
himpunan, maka
A ∪
B = { x | x ∈ A atau x ∈
B }
Jika dinyatakan dalam
bentuk diagram Venn adalah :
Jika
A dan B adalah himpunan maka union dari A dan B dinotasikan dengan AUB adalah
himpunan yang berisi semua elemen yang ada pada A, B, maupun keduanya.
Gabungan dari
sekumpulan himpunan adalah himpunan yang berisi semua elemen yang merupakan
anggota dari sedikitnya satu himpunan dalam kumpulan tersebut.
- Komplemen (complement)
Komplemen dari
suatu himpunan merupakan
unsur -unsur yang ada pada
himpunan universal (semesta pembicaraan
) kecuali anggota
himpunan tersebut. Misalkan
A merupakan himpunan yang berada pada semesta pembicaraan U, maka
komplemen dari himpunan A dinotasikan oleh :
A = { x | x ∈
U dan
x ∉
A }
Jika
dinyatakan dalam bentuk diagram Venn adalah :
Jika U adalah himpunan universal,
komplemen himpunan A dinotasikan dengan ~A adalah komplemen dari A terhadap U.
Dengan kata lain berlaku komplemen himpunan A adalah U-A
- Selisih (difference)
Selisih antara dua
himpunan A dan B adalah himpunan yang terdiri dari semua anggota A yang bukan
anggota B. Selisih antara dua buah himpunan dinotasikan oleh
tanda ‘– ‘.
Misalkan
A dan B adalah himpunan, maka selisih A dan B dinotasikan oleh
A – B = { x | x ∈
A dan x ∉ B } = A ∩
B
Misalkan
A = { a, b, c, d, e } dan B = { b, d, e, g, h }
A – B = { a, c }
B – A = { b, c }
Kesimpulan umumnya: A –
B ≠ B – A
Jika
A dan B adalah himpunan, maka beda A dan B dinotasikan dengan A-B adalah
himpunan yang berisi elemen yang ada di A tapi tidak ada di B. Beda tersebut
diistilahkan sebagai komplemen B terhadap A.
- Beda Setangkup (Symmetric Difference)
Beda setangkup antara
dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda
‘ ⊕ ‘.
Misalkan
A dan B adalah himpunan, maka beda setangkup antara A dan B dinotasikan oleh :
A ⊕
B = (A ∪
B) – (A ∩ B)
=
(A – B) ∪
(B – A)
Jika dinyatakan dalam
bentuk diagram Venn adalah :
Contoh:
Jika A = { a, b, c, d,
e } dan B = { b, d, e, f, g, h }, maka A
⊕
B = { a, c, f, g, h }
Beda setangkup memenuhi
sifat-sifat berikut:
(a)
A ⊕
B = B ⊕
A (hukum komutatif)
(b)
(A ⊕
B ) ⊕
C = A ⊕
(B ⊕
C ) (hukum
asosiatif)
- Perkalian Kartesian (cartesian product)
Perkalian kartesian
antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda
‘× ‘.
Misalkan A dan B adalah
himpunan, maka perkalian kartesian antara A dan B dinotasikan
oleh :
A × B = {(a, b)| a ∈
A dan b ∈
B }
Contoh:
(i) Misalkan C = {1, 2,
3}, dan D = { a, b }, maka
C
× D = { (1, a), (1, b), (2, a), (2, b), (3, a), (3, b) }
(ii) Misalkan A = B =
himpunan semua bilangan riil, maka
A
× B = himpunan semua titik di bidang datar
Misalkan
ada dua himpunan dengan kardinalitas berhingga, maka kardinalitas himpunan hasil
dari suatu perkalian kartesian antara dua himpunan
tersebut adalah perkalian antara kardinalitas
masing-masing himpunan. Dengan
demikian, jika A dan B merupakan himpunan berhingga, maka:
|A × B| = |A|.|B|
Pasangan
terurut (a,b) berbeda dengan (b,a), dengan kata lain (a, b) ≠
(b, a). Dengan argumen ini berarti
perkalian kartesian tidak komutatif, yaitu
A × B ≠ B × A
dimana A atau B bukan himpunan kosong.
Jika
A = ∅ atau B = ∅, maka A × B = B × A = ∅
Jika A dan B adalah himpunan, maka Cartesian Product
dari A dan B yang dinotasikan dengan A x B merupakan himpunan dari semua
pasangan terurut elemen A dan B. Sehingga AXB={(a,b)| a ∈
A ∩ b ∈ B}
Hukum hukum mengenai operasi himpunan akan dijelaskan
kemudian pada tabel 1.1 subbab prinsip dualitas himpunan.
1.4 Prinsip Dualitas
Prinsip dualitas mengemukakan bahwa dua konsep yang
berbeda dapat dipertukarkan namun tetap memberikan jawaban yang benar.
Prinsip
Dualitas pada Himpunan dapat dijelaskan sebagai berikut : Misalkan S adalah suatu kesamaan (identity) yang
melibatkan himpunan dan operasi-operasi seperti
∪, ∩, dan komplemen. Jika S* merupakan kesamaan yang berupa dual dari S
maka dengan mengganti ∪
→ ∩, ∩ → ∪, ∅
→ U, U → ∅,
sedangkan komplemen dibiarkan seperti semula, maka operasi-operasi tersebut pada kesamaan S*
juga benar.
1.4
Multi Set dan Fuzzy Set
1.4.1 Multi Set
Himpunan yang unsurnya boleh berulang (tidak harus
berbeda) disebut multi set (himpunan ganda).
Contoh:
A = {1, 1, 1,
2, 2, 3},
B = {2, 2,
2},
C = {2, 3,
4},
D = {}.
Multiplisitas
dari suatu unsur
pada multi set
adalah jumlah kemunculan unsur tersebut
pada multi set tersebut.
Contoh:
M = { 1, 1, 1, 2, 2, 2, 3, 3, 1 },
multiplisitas 1 adalah 4 dan multiplisitas 2 adalah 3,
sementara itu multiplisitas
3 adalah 2.
Himpunan (set)
merupakan contoh khusus dari suatu
multiset, yang dalam hal ini multiplisitas dari setiap unsurnya adalah 0
atau 1. Himpunan yang multiplisitas dari unsurnya 0 adalah himpunan kosong.
Misalkan P dan Q adalah
multiset, operasi yang berlaku pada dua
buah multi set tersebut adalah sebagai berikut :
- P ∪ Q merupakan suatu multiset yang multiplisitas unsurnya sama dengan multiplisitas maksimum unsur tersebut pada himpunan P dan Q. Contoh :
P = { a, a, a, c, d, d
} dan Q ={ a, a, b, c, c },
Maka P ∪
Q = { a, a, a, b, c, c, d, d }
- P ∩ Q adalah suatu multiset yang multiplisitas unsurnya sama dengan multiplisitas
minimum unsur tersebut pada himpunan P
dan Q. Contoh :
P = { a, a, a, c, d, d
} dan Q = { a, a, b, c, c }
Maka P ∩ Q = { a, a, c }
- P – Q adalah suatu multiset yang multiplisitas unsurnya sama dengan multiplisitas unsur tersebut pada P dikurangi multiplisitasnya pada Q, ini berlaku jika jika selisih multiplisitas tersebut adalah positif. Jika selisihnya nol atau negatif maka multiplisitas unsur tersebut adalah nol. Contoh :
P = { a, a, a, b, b, c,
d, d, e } dan Q = { a, a, b, b, b, c, c,
d, d, f }
maka P – Q
= { a, e }
- P + Q, yang didefinisikan sebagai jumlah (sum) dua buah himpunan ganda, adalah suatu multiset yang multiplisitas unsurnya sama dengan penjumlahan dari multiplisitas unsur tersebut pada P dan Q.Contoh:
P = { a, a, b, c, c }
dan Q = { a, b, b, d },
maka P + Q = { a, a, a, b, b, b, c, c, d }
1.4.2 Fuzzy set
Misalkan, U merupakan himpunan semesta pembicaraan
(Universal Set). Crisp Set
merupakan himpunan bagian dari
U yang membedakan antara anggota dan
bukan anggotanya dengan batasan yang jelas (pasti). Contoh :
A = {x | x ∈
Z dan
x > 2} atau A = {3, 4, 5, …} maka 3 ∈
A dan
1∉ A
Pada suatu Fuzzy set,
anggotanya mempunyai nilai keanggotaan
tertentu yang ditentukan oleh membership function (fungsi
keanggotaan).
Fungsi keanggotaan
mempunyai kisaran antara nol dan satu.
Notasi dari fungsi keanggotaan adalah
µA(x) = [0,1]. Contoh :
A = {5, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80} , merupakan
crisp set umur dalam tahun.
Fuzzy set “balita”, “dewasa”, “muda”, dan “tua”
adalah subset dari A.
Dari tabel tersebut diperlihatkan bahwa :
• Balita = {
}
• Anak-anak =
{5, 10, 20} dengan fungsi keanggotaan µAnak-anak = {1, 1, 0.2}
• Muda = {5, 10, 20, 30, 40, 50}dengan fungsi
keanggotaan µMuda = {1, 1, 0.8, 0.5, 0.2, 0.1}
• Dewasa = {20, 30, 40, 50, 60, 70, 80}dengan
fungsi keanggotaan µDewasa = {0.8, 1, 1, 1, 1, 1, 1}
• Tua = {20, 30, 40, 50, 60, 70, 80}dengan
fungsi keanggotaan µTua = {0.1, 0.2, 0.4, 0.6, 0.8, 1, 1}
Ada beberapa cara menyatakan fuzzy set yaitu :
- Tua = 0.1/20 + 0.2/30 + 0.4/40 + 0.6/50 + 0.8/60 + 1/70 + 1/80
- Tua = {0.1/20,0.2/30,0.4/40,0.6/50,0.8/60,1/70,1/80}
- Tua = {(0.1,20), (0.2,30), (0.4,40), (0.6,50), (0.8,60), (1,70), (1,80)}
Ada beberapa cara (yang
biasa dipakai) dalam menentukan fungsi keanggotaan (membership function) suatu fuzzy
set, antara lain menggunakan Fungsi Sigmoid, Fungsi Segitiga, Fungsi Trapesium,
dan Fungsi Phi.
Beberapa operasi dasar Fuzzy Set ditunjukkan sebagai
berikut :
- Komplemen (Complement)
µTua = {0/5, 0/10,
0.1/20, 0.2/30, 0.4/40, 0.6/50, 0.8/60, 1/70, 1/80}
maka komplemennya
adalah
1-
µTua = {1/5, 1/10, 0.9/20, 0.8/30, 0.6/40, 0.4/50, 0.2/60, 0/70, 0/80}
- Gabungan (Union / Disjunction)
µMuda = {1/5, 1/10,
0.8/20, 0.5/30, 0.2/40, 0.1/50, 0/60, 0/70, 0/80}
µTua = {0/5, 0/10,
0.1/20, 0.2/30, 0.4/40, 0.6/50, 0.8/60, 1/70, 1/80}
Maka
µTua ∪
µMuda
= {1/5, 1/10, 0.8/20, 0.5/30, 0.4/40, 0.6/50,
0.8/60, 1/70, 1/80}
- Irisan (Intersection /Conjunction) :
µMuda ∩ μTua = {0/5, 0/10, 0.1/20,
0.2/30, 0.2/40, 0.1/50, 0/60, 0/70, 0/80}
- Rangkuman
Teori Himpunan
- Sebuah objek dalam suatu himpunan disebut sebagai elemen atau anggota himpunan. Dan suatu himpunan harus memiliki elemen atau anggota himpunan.
-
Dua himpunan dikatakan ekivalen jika dan hanya jika memiliki anggota himpunan yang sama.
-
Himpunan A disebut sebagai subset dari himpunan B jika dan hanya jika setiap elemen dari A juga merupakan elemen dari B. Kita menggunakan notasi ACB untuk menunjukkan bahwa A adalah subset dari B
-
Himpunan yang tidak berhingga disebut himpunan infinit
- Jika ada sejumlah n elemen dalam himpunan S dimana n adalah nonnegative integer maka dikatakan bahwa S adalah himpunan terhingga dan n adalah kardinalitas dari S, dinotasikan dengan |S|
- Jika S adalah suatu himpunan, maka yang disebut dengan power set adalah semua subset dari himpunan S. Power set dinotasikan sebagai P (S)
- Himpunan tidak harus menyebutkan anggotanya secara berurutan. Ketika urutan itu dianggap penting, maka struktur yang berbeda akan diperlukan untuk menyatakan urutannya. Inilah yang disebut sebagai ordered n-tupples. Dalam struktur ini jika tertulis (a,b,c,…) maka a akan menjadi elemen pertama, b elemen ke dua, c elemen ketiga dan seterusnya
-
Jika A dan B adalah himpunan, maka Cartesian Product dari A dan B yang dinotasikan dengan A x B merupakan himpunan dari semua pasangan terurut elemen A dan B. Sehingga AXB={(a,b)|aEAnbEB}
- Operasi Himpunan
- Jika A dan B adalah himpunan maka union dari A dan B dinotasikan dengan AUB adalah himpunan yang berisi semua elemen yang ada pada A, B, maupun keduanya
- Jika A dan B adalah himpunan maka irisan A dan B dinotasikan dengan AnB adalah himpunan yang berisi semua elemen yang ada pada keduanya
- Dua himpunan dikatakan saling lepas (disjoint) bila irisannya adalah himpunan kosong
- Jika A dan B adalah himpunan, maka beda A dan B dinotasikan dengan A-B adalah himpunan yang berisi elemen yang ada di A tapi tidak ada di B. Beda tersebut diistilahkan sebagai komplemen B terhadap A
- Jika U adalah himpunan universal, komplemen himpunan A dinotasikan dengan ~A adalah komplemen dari A terhadap U. Dengan kata lain berlaku komplemen himpunan A adalah U-A
- Gabungan dari sekumpulan himpunan adalah himpunan yang berisi semua elemen yang merupakan anggota dari sedikitnya satu himpunan dalam kumpulan tersebut
- Irisan dari sekumpulan himpunan adalah himpunan yang terdiri dari semua elemen yang merupakan anggota dari semua himpunan yang ada dalam kumpulan tersebut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar